Maka Allah memberi mereka pahala
terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan
(bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya).-QS Al-Maidah
(5): 58
Cinta hadir dalam diri seseorang
tanpa bisa terdeteksi. Kadang, cinta itu susah dijelaskan. Ketika cinta
memasuki hati atau perasaan seseorang, ia tidak akan memperdulikan apa saja
yang dikatakan tentang sesuatu hal yang dicintainya itu. Kisah percintaan dua
anak manusia, antara Ina dan Andi, sebut saja itu namanya, adalah contoh dari
ketulusan cinta yang mengagumkan. Meski orang yang dicintainya memiliki
kekurangan, mereka saling menyukai tanpa melihat kekurangan tersebut
Sebagai
seorang yang terlahir buta, sejak kecil Ina dapat merasakan kurangnya kasih
sayang dari kedua orangtuanya. Kelahirannya pun seolah tak dikehendaki.
Akibatnya, sampai remaja dia tumbuh dalam kekecewaan.
Ina
sering kali dijadikan pelampiasan dan korban amarah orang tuanya ketika adik
dan kakaknya bertengkar. Baginya, kebutaan hanya menambah penderitaan. Dia
seakan tak percaya ada kasih sayang di dunia ini. Bahkan, suatu kali ketika dia
masih kanak-kanak, pernah berniat bunuh diri. Ina berusaha meloncat dari tingkat
dua rumahnya, tapi usahanya ini bisa digagalkan oleh pembantunya.
Kepahitan
dan kemarahan yang terpendam dalam dirinya, telah menjadikannya sebagai anak
yang berkepribadian kasar. Dia selalu merasa curiga kalau berinteraksi dengan
seseorang. Bahkan, kadang-kadang merasa marah kalau ada suara yang meninggi
intonasinya “Saya jadi tidak percaya ketika ada agamawan yang mengatakan bahwa
setiap manusia itu harus berkasih sayang,” katanya lirih.
Tapi,
suatu hari orang tuanya menangis tersedu-sedu dan meminta maaf. Maka, dia pun
memutuskan untuk mengasihi dan mencintai keluarganya. Dia berdoa untuk
keberkahan hidup orang tua, adik, dan kakaknya. Akhirnya, muncullah seberkah
kehidupan kepada keluarganya. Mereka dikeluarkan dari lilitan utang, kesembuhan
penyakit ayahnya, dan perbaikan sisi perekonomian. Orang tuanya berubah menjadi
menyayanginya karena memergoki Ina yang sedang mendo’akan keluarganya.
Setelah
Ina menyelesaikan pendidikannya, dia bekerja di sebuah stasiun radio sebagai
penyiar. Di tempat ini, babak baru dalam hidupnya dimulai. Ina berkenalan
dengan Andi. Ketika pertama kali mendengar suaranya, dia mengaku biasa-biasa
saja, termasuk juga Andi. Namun, di hati Andi muncul rasa kagum kepada Ina,
karena dia memancarkan aura kepribadan yang menyejukkan hati.
Akhirnya,
kedua anak manusia itu merasakan cinta yang mulai menjalar ke urat nadinya
masing-masing. Andi mengakui, pada waktu itu, ketika mengataka bahwa tidak
mungkin menjadi suaminya, hasrat untuk menikahinya begitu besar. Bukan saja
anndi, Inapun juga merasakan sesuatu yang sama. Namun, setelah hubungan
diketahui keluarga masing-masing, muncul lagi masalah yang tak dibayangkan Ina.
Kedua
pihak keluarga tak setuju dengan alasan ada perbedaan di antara mereka. Namun,
setiap penolakan yang terus datang dari keluarga, tidaklah menggoyahkan
keteguhan cinta mereka. Bahkan sebaliknya, hal itu membuat mereka semakin kuat.
Dan dengan berdoa kepada Allah, semua rintangan itu tak menghalangi mereka
untuk menyatukan jiwa lewat pernikahan.
Ketulusan
cinta akan berbalas cita yang tulus lagi. Maka, ketika kamu mencintai sesuatu
hal, entah itu manusia, Tuhan, dan segala apa yang ada disekitar yang dilandasi
dengan ketulusan, hal itu akan mengundang cinta tulus pula dari yang kamu
cintai.
Ikhlas
merupakan dasar utama dari setiap aktivitas yang dinilai berpahala di sisi-nya.
Tak terkecuali dengan cinta. Tanpa keikhlasan dalam cinta, akan mengakibatkan
ketakabadian cinta. cinta yang akan dipertunjukan oelh orang semacam ini adalah
cinta yang akan diingat terus oleh umat manusia.
Kisah
Ina dan Andi menunjukkan bahwa pola pikir Ina yang menganggap kasih dan sayang
itu tak ada, karena pernah dikesampingkan orangtuanya, ternyata tak terbukti
benar. Ternyata, ketulusan cinta Andi membuktikan bahwa masih ada model cinta yang
tak hanya mengurusi hal-hal indrawi. Ketertarikan Andi terhadap Ina adalah
pancaran pribadi Ina yang bening bagaikan air zamzam yang menyejukkan jiwa.
Maka,
mengarahkan tujuan hidup pada kesucian dan ketulusan cinta, ketika mencintai
sesuatu di luar diri kita, akan membentuk kepribadian yang tak berpamrih.
Hasilnya, kamu pun akan menjadi manusia yang dicintai kepribadiannya. Bukan
kemolekan tubuh, kecantikan wajah, dan kekayaan semata. Namun, keagamaanmulah
yang dijadikan tolok ukur orang lain dalam mencintai dirimu. Oleh karena itu,
ketika seseorang sedang bercermin atau berdandan, disunnahkan membaca do’a, Allahummakama hassanta khalqi
fahassin khuluqi,(ya Allah, sebagaimana Engkau
baguskan tubuh dan wajahku, maka baguskan pula kepribadianku).
Begitulah
imbalan untuk orang yang berkepribadian luhur. Tidak hanya itu, mereka juga
akan memiliki ketulusan cinta. dan, hal ini akan menyebabkan ia mengarahkan
tujuan hidupnya dengan ketundukan dan ketulusan dalam mencintai segala hal agar
menggapai ridha Ilahi. Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah
tujuan (segala sesuatu) (QS Al-Najm [53]: 42).
Seperti yang dilakukan Andi ketika
mencintai Ina, mereka bersatu memadu cinta disebabkan bisa memahami satu sama
lain atas kekurangan yang dijadikan perantara membentuk kepribadian. Jadi,
memang betul kalau rasa cinta itu sangat membahagiakan orang saleh dan salilah
yang tidak mencari keindahan tubuh, tetapi keindahan pribadi yang dipancarkan
oleh orang yang dicintainya itu.
No comments:
Post a Comment